Story Of Putry dan Rian

Suatu hari, seorang gadis duduk termenung di pantai dekat rumahnya. Angin menyapa lembut dedaunan, menyusup tiap-tiap celah tanpa batas. Angin mengabarkan kehidupan, menyapa bunga-bunga dan menerbangkan kepala sari menemui putik jiwanya. Dan, lahirlah kehidupan yang baru dan menakjubkan.

Angin mengabarkan kegembiraan dari orang-orang di tempat jauh. Membawa perasaan segar saat menyapa pori-pori kulit, membuat hati sejuk saat gelisah kegerahan.

Namun, terkadang angin membawa berita buruk bagi seseorang, seperti yang dialami gadis yang duduk di panati dekat rumahnya. Angin yang bergulir semilir itu dirasakannya meresakkan dada.

Gadis itu berjilbab pink dengan model yang sangat anggun, dihiasi border halus motif bunga melati berwarna ungu. Gaunnya terusan berwarna pink membuat dia tampak lebih cantik.

Putri,namanya. Lengkapnya Putri Dwi Angelina, seorang gadis kelas 2 SMP. Dia termasuk orang yang beruntung bisa diterima di sebuah SMP favorit. Dan tentu saja, ia adalah siswi yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Wajahnya lumayan cantik, kalau tidak boleh dibilang sangat cantik.

Saat ini tertiup angin musim kemarau. Kekeringanmencapai puncaknya, ditandai dengan panas yang begitu terik, seolah mampu membakar permukaan bumi. Pohon-pohon meranggas kehilangan sebagian daunnya. Pengguguran daun itu merupakan mekanisme pohon-pohon untuk bertahan dalam melewati masa kesulitan memperoleh air. Ada pula yang tak mampu bertahan, sehingga saat nanti hujan mengguyurnya, dia tak bersemi kembali.

Angin musim kering itu kini mempermainkan jilbabnya yang berkejaran dengan dedaunan kering beterbangan. Tapi, tidaklah terlihat sebuah kejanggalan? Dalam wajah cantiknya itu, tampak tengah bergumul hati yang gulana. Sebuahmisteri tentang dirinya sendiri.

Putri asyik bermain dengan sebilah pisau saku yang selalu dibawanya ke mana pun dia pergi. Dia mengggurat batang bougenvile nan keras itu, meninggalkan beberapa huruf disana. Entahlah apa artinya, tek begitu jelas memang. Barangkali huruf-huruf tersebut memiliki arti tersendiri baginya. Mungkin dia ingin mengungkapkan kegundahan hatinya saat itu, atau perasaan yang kerap menyerangnya di lain waktu.

Angin kembali berkesiur, masih kering.

Putri berhenti menggurat. Ia menatap sayu kea rah pantai,menikmati canda sepasang angsa. Angsa-angsa itu sudah ada sejak dia pertama kali ke sini. Sejenak dia tertegun dengan apa yang dilihatnya, sepasang angsa itu. Mereka begitu bahagia mekipun harus berjuang melawan kejamnya alam.

Alam yang kejam !

Ingatan Putri terpaku pada peristiwa sebulan yang lalu. Saat itu, dia harus berpisah dengan kekasihnya yang bernama Aldhy. Mereka berpisah karena alasan yang tak pasti. Dia tak menyangka secepat itu ditinggalkan oleh kekasihnya yang sangat ia cintai.

Putri menangis, ingin berontak dari kenyataan yang membuatnya seperti tak memiliki kemampuan untuk melakukan apa-apa. Setiap hari dia hanya ingin kembali bersatu dengan kekasihnya tapi itu cuman khayalan yang tak akan terjadi lagi. Melupakan masa lalu adalah hal yang terbaik.

Tak terasa sudah satu bulan lamanya, dia sendiri dan sendiri. Akan tetapi, ada seorang sahabatnya yang selalu menghiburnya entah Putri sedih ataupun bahagia, dia selalu ada buat Putri. Rian, itulah namanya.

Sekian lama dia bersahabat dengan Rian, tiba-tiba Rian mengungkapkan perasaannya kepada Putri bahwa dia menyukai Putri semenjak Putri duduk di kelas 1. Putri heran dan kecewa ternyata Rian mendekati Putri hanya karena dia suka sama Putri.

Putri pun menghindar ketika Rian mendekatinya. Dia menghindar karena dia ingin Rian membuang semua perasaannya itu dan bersahabat lagi seperti dulu. Tapi kenyataannya, Rian bersih keras untuk mendapatkan cinta Putri.

Kabut menyapu pagi saat hujan menyisakan dinginnya. Cukup sebagai firasat musim baru, dan harapan telah tampak di hadapan. Pertengahan semester awal kelas 3, hujan sedang rajin-rajinnya menyapa bumi.

Rian berusaha meyakinkan Putri bahwa dia benar-benar cinta kepadanya. Dan akhirnya, pintu hati Putri pun mulai terbuka dan menerima Rian sebagai kekasihnya. Kini Rian pun membahagiakan Putri. Setiap hari dia membuat Putri selalu ceria dan ingin selalu bersama hingga akhir waktu.

Tak terasa musim penghujan pun telah berlalu. Pagi mereka dalam selimut angin Desember. Cahayanya mengintip ke ruangan rumah sederhana yang sedang berkemas-kemas di awal hari itu.

Rian dan Putri bergegas ke sekolah dengan berjalan kaki karena rumah Rian dan Putri tidak jauh dari sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar