ATURAN-ATURAN
HAK CIPTA TERHADAP PERANGKAT LUNAK KOMPUTER
Aturan hak cipta terkait dengan perangkat lunak komputer
diatur dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia No 19 Tahun 2000 yang
terdiri dari 15 bab dan 78 pasal. Sebelumnya, negara kita pernah memiliki Undang-undang
Hak Cipta, yaitu:
Ø Undang-Undang No. 6 Tahun 1982
Ø Undang-Undang No. 7 Tahun 1987
Ø Undang-Undang No. 12 Tahun 1997
Undang-undang Hak Cipta dibuat untuk
melindungi hasil karya atau ciptaan dari pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Berikut ini kutipan dari Undang-undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002:
Berikut ini kutipan dari Undang-undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002:
ü
Pasal 49
a. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/ atau gambar pertunjukkannya.
b. Produser rekaman suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa
persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi.
a. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/ atau gambar pertunjukkannya.
b. Produser rekaman suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa
persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi.
Dalam bidang perangkat lunak atau
software, ada beberapa istilah yang berkaitan dengan hak paten. Selain itu,
adabeberapa definisi yang menunjukkan status sebuah software yang perlu kita
ketahui. Istilah-istilah tersebut adalah:
v Perangkat Lunak Berpemilik (Proprietary)
Perangkat lunak berpemilik (proprietary) adalah perangkat lunak yang tidak bebas atau pun semi-bebas. Seseorang dapat dilarang, atau harus meminta izin, atau akan dikenakan pembatasan lainnya jika menggunakan, mengedarkan, atau memodifikasinya.
Perangkat lunak berpemilik (proprietary) adalah perangkat lunak yang tidak bebas atau pun semi-bebas. Seseorang dapat dilarang, atau harus meminta izin, atau akan dikenakan pembatasan lainnya jika menggunakan, mengedarkan, atau memodifikasinya.
v Perangkat Lunak Komersial
Perangkat lunak komersial adalah perangkat lunak yang dikembangkan oleh kalangan bisnis untuk memperoleh keuntungan dari penggunaannya. Komersial dan kepemilikan adalah dua hal yang berbeda. Kebanyakan perangkat lunak komersial adalah berpemilik, tapi ada perangkat lunak bebas komersial, dan ada perangkat lunak tidak bebas dan tidak komersial.
Perangkat lunak komersial adalah perangkat lunak yang dikembangkan oleh kalangan bisnis untuk memperoleh keuntungan dari penggunaannya. Komersial dan kepemilikan adalah dua hal yang berbeda. Kebanyakan perangkat lunak komersial adalah berpemilik, tapi ada perangkat lunak bebas komersial, dan ada perangkat lunak tidak bebas dan tidak komersial.
v Perangkat Lunak Semi—Bebas
Perangkat
lunak semi-bebas adalah perangkat lunak yang tidak bebas, tapi mengizinkan
setiap orang untuk menggunakan, menyalin, mendistribusikan, dan memodifikasinya
(termasuk distribusi dari versi yang telah dimodifikasi) untuk tujuan tertentu.
Perangkat lunak semi-bebas jauh lebih baik dari perangkat lunak berpemilik, namun
masih ada masalah karena seseorang tidak dapat menggunakannya pada sembarang
sistem operasi.
v Public Domain
Perangkat lunak public domain adalah perangkat lunak tanpa hak cipta. Ini merupakan kasus khusus dari perangkat lunak bebas non-copyleft (lihat GNU/GPL), yang berarti bahwa beberapa salinan atau versi yang telah dimodifikasi bisa jadi tidak bebas sama sekali. Terkadang ada yang menggunakan istilah public domain secara bebas yang berarti cuma-cuma atau tersedia gratis. Namun public domain merupakan istilah hukum yang artinya tidak memiliki hak cipta. Untuk jelasnya, lebih baik kita menggunakan istilah ``public domain'' dalam arti tersebut, serta menggunakan istilah lain untuk mengartikan pengertian yang lain.
Perangkat lunak public domain adalah perangkat lunak tanpa hak cipta. Ini merupakan kasus khusus dari perangkat lunak bebas non-copyleft (lihat GNU/GPL), yang berarti bahwa beberapa salinan atau versi yang telah dimodifikasi bisa jadi tidak bebas sama sekali. Terkadang ada yang menggunakan istilah public domain secara bebas yang berarti cuma-cuma atau tersedia gratis. Namun public domain merupakan istilah hukum yang artinya tidak memiliki hak cipta. Untuk jelasnya, lebih baik kita menggunakan istilah ``public domain'' dalam arti tersebut, serta menggunakan istilah lain untuk mengartikan pengertian yang lain.
v Freeware
Istilah freeware tidak terdefinisi dengan jelas, tetapi biasanya digunakan untuk paket-paket yang mengizinkan pendistribusian kembali tanpa modifikasi (kode programnya tidak tersedia). Paket-paket ini bukan perangkat lunak bebas.
Istilah freeware tidak terdefinisi dengan jelas, tetapi biasanya digunakan untuk paket-paket yang mengizinkan pendistribusian kembali tanpa modifikasi (kode programnya tidak tersedia). Paket-paket ini bukan perangkat lunak bebas.
v Shareware
Shareware ialah perangkat lunak yang mengizinkan orang-orang untuk meredistribusikan salinannya, tetapi mereka yang terus menggunakannya diminta untuk membayar biaya lisensi. Dalam praktiknya, orang-orang sering tidak mempedulikan perjanjian distribusi dan tetap menggunakan perangkat lunak tersebut meski sebenarnya perjanjian tidak mengizinkannya. GNU General Public License (GNU//GPL) GNU/GPL merupakan sebuah kumpulan ketentuan pendistribusian tertentu untuk mengcopyleft-kan sebuah program (copyleft adalah awan kata dari copyright). Proyek GNU menggunakannya sebagai perjanjian distribusi untuk sebagian besar perangkat lunak GNU. Sebagai contoh adalah lisensi GPL yang umum digunakan pada perangkat lunak Open Source. GPL memberikan hak kepada orang lain untuk menggunakan sebuah ciptaan asalkan modifikasi atau produk derivasi dari ciptaan tersebut memiliki lisensi yang sama. Kebalikan dari hak cipta adalah public domain. Ciptaan dalam public domain dapat digunakan sekehendaknya oleh pihak lain.
Shareware ialah perangkat lunak yang mengizinkan orang-orang untuk meredistribusikan salinannya, tetapi mereka yang terus menggunakannya diminta untuk membayar biaya lisensi. Dalam praktiknya, orang-orang sering tidak mempedulikan perjanjian distribusi dan tetap menggunakan perangkat lunak tersebut meski sebenarnya perjanjian tidak mengizinkannya. GNU General Public License (GNU//GPL) GNU/GPL merupakan sebuah kumpulan ketentuan pendistribusian tertentu untuk mengcopyleft-kan sebuah program (copyleft adalah awan kata dari copyright). Proyek GNU menggunakannya sebagai perjanjian distribusi untuk sebagian besar perangkat lunak GNU. Sebagai contoh adalah lisensi GPL yang umum digunakan pada perangkat lunak Open Source. GPL memberikan hak kepada orang lain untuk menggunakan sebuah ciptaan asalkan modifikasi atau produk derivasi dari ciptaan tersebut memiliki lisensi yang sama. Kebalikan dari hak cipta adalah public domain. Ciptaan dalam public domain dapat digunakan sekehendaknya oleh pihak lain.
v Sumber Terbuka (Opensourrce)
Konsep Perangkat Lunak
Sumber Terbuka (Open Source Software) pada intinya adalah membuka kode
sumber (source code) dari sebuah perangkat lunak. Konsep ini terasa aneh pada
awalnya dikarenakan kode sumber merupakan kunci dari sebuah perangkat lunak.
Dengan mengetahui logika yang ada di kode sumber, maka orang lain semestinya
dapat membuat perangkat lunak yang sama fungsinya. Konsep open source
sebenarnya hanya sebatas itu. Artinya, perangkat lunak open source tidak harus
gratis. Kita bisa saja membuat perangkat lunak yang kita buka kode-sumber-nya,
mempatenkan algoritmanya, mendaftarkan hak cipta, dan tetap menjual perangkat
lunak tersebut secara komersial (alias tidak gratis).
PENERAPAN
ATURAN HAK CIPTA YANG BERKAITAN DENGAN TIK
MENERAPKAN ATURAN
YANG BERKAITAN DENGAN ETIKA DAN MORAL TERHADAP PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT
LUNAK TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Dalam melaksanakan aktifitas
sehari-hari yang berhubungan dengan tugasdan pekerjaan maka dipandang perlu
memiliki sikap dan moral yang baik.Etika adalah ajaran tentang baik dan
buruknya sesuatu ,sedangkan moral adalah aspek kejiwaan yang sangat erat
berhubungan dengan sikap dan perilaku seseorang .Etika dan moral sangat erat
berkaitan .Artinya,orang yang memahami dan berperilaku sesuai dengan
etika,berarti orang itu bermoral tinggi,atau begitu pula sebaliknya.
Misalnya,orang yang bermoral dan beretika tinggi akan selalu menghargai hak cipta orang lain.Artinya dia tidak akan berbuat sesuatu yang dapat merugikan ,baik secara langsung maupun tidak langsung ,terhadap hak cipta orang lain.etika dan moral juga di terapkan dalam pemakaian sistem informasi dan komunikasi .Dalam dunia informatika dan komunikasi khususnya computer,setiap perangkat lunak mempunyai ijin pemakaian.ijin tersebut diperoleh dari pembuat perangkat lunak itu sendiri.namun jika kita ingin menggunakan perangkat lunak tersebut ,kita tidak harus datang ke pembuatnya ,melainkan cukup dengan membeli CD program asli yang di jual di pasaran karena didalamnya sudah terdapat lisensi pemakaian.
Misalnya,orang yang bermoral dan beretika tinggi akan selalu menghargai hak cipta orang lain.Artinya dia tidak akan berbuat sesuatu yang dapat merugikan ,baik secara langsung maupun tidak langsung ,terhadap hak cipta orang lain.etika dan moral juga di terapkan dalam pemakaian sistem informasi dan komunikasi .Dalam dunia informatika dan komunikasi khususnya computer,setiap perangkat lunak mempunyai ijin pemakaian.ijin tersebut diperoleh dari pembuat perangkat lunak itu sendiri.namun jika kita ingin menggunakan perangkat lunak tersebut ,kita tidak harus datang ke pembuatnya ,melainkan cukup dengan membeli CD program asli yang di jual di pasaran karena didalamnya sudah terdapat lisensi pemakaian.
1.
Hak cipta Perangkat lunak
Hak cipta
adalah hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak hasil ciptaanya atau memberikan ijin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Perangkat lunak (Komputer)
adalah sekumpulan intruksi yamg diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema
ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca
dengan computer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai
hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang intruksi-intruksi
tersebut.
Keberadaan
teknologi informasi dan komunikasi khususnya computer sangat dibutuhkan oleh
masyarakat guna mempercepat dan mempermudah penyelesaian tugas (pekerjaan) sehari-hari.
Komputer tidak akan dapat dioperasikan bila tidak ada perangkat lunaknya.
Menciptakan perangkat lunak bukanlah pekerjaan yang mudah dan ringan, sehingga
hanya orang-orang dengan kualifikasi tertentu yang mampu mebuatnya. Oleh karena
tingkat kesulitan yang tinggi dalam pembuatan program computer maka program tersebut
selanjutnya dipatenkan.
Beberapa
contoh hak cipta perangkat lunak yang dibuat oleh perusahaan –perusahaan besar
pembuat perangkat lunak antara lain sebagai berikut :
-Microsoft Corp.
-Microsoft Corp.
Mengeluarkan
produk software sistem operasi Microsoft windows,MS DOS,software aplikasi
Microsoft Office ,dan lain-lain.
-Adobe Corp.
-Adobe Corp.
Mengeluarkan
software aplikasi adobe photoshop,adobe Pagemaker ,Adobe image ready dan
software utility adobe Acrobat Reader ,dan lain-lain.
-Corel Corp.
-Corel Corp.
Mengeluarkan
software aplikasi CorelDraw ,WordPerfect,dan lain-lain.
-Winzip Computing Corp.mengeluarkan program utility Winzip,dan lain-lain.
-Xing Technology Corp.
-Winzip Computing Corp.mengeluarkan program utility Winzip,dan lain-lain.
-Xing Technology Corp.
Mengeluarkan
program multimedia XingMPEG Player,dan lain-lain.
-Norton Corp.
Mengeluarkan
produk antivirus Norton,dan lain-lain.
2.
Menghargai kreasi orang lain
Dengan
tingginya tingkat kesulitan dalam membuat karya intelektual. Kita harus
memberikan pe4nghargaan kepada penciptanya. Penghargaaan kepada kepada karya
orang lainkhususnya pembuat perangkat lunak computer dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut:
a.Menggunakan perangkat lunak asli, kalaupun tidak, kita harus membeli lisensi kepada perusahaan yang bersangkutan
b.Tidak membajak, menyalin, atau menggandakan tanpa izin perusahaan.
c.Tidak mengguinakan perangkat lunak untuk kejahatan.
d.Menyalahgunakan dalam bentuk apapun
e.Tidak mengubah, mengurangi, atau menambah nasil karya orang lain.
a.Menggunakan perangkat lunak asli, kalaupun tidak, kita harus membeli lisensi kepada perusahaan yang bersangkutan
b.Tidak membajak, menyalin, atau menggandakan tanpa izin perusahaan.
c.Tidak mengguinakan perangkat lunak untuk kejahatan.
d.Menyalahgunakan dalam bentuk apapun
e.Tidak mengubah, mengurangi, atau menambah nasil karya orang lain.
UNDANG-UNDANG HAK CIPTA
Dalam
melindungi karya yang telah diciptakan oleh seseorang dari berbagai ancaman
pelanggaran yang berupa pemalsuan, penggandaan, panyiaran, pemameran,
pengedaran atau penjualan hasil hak cipta maka pemerintah Republik Indonesia
pernah meliliki undang-undang No 6 tahun 1982 tentang hak cipta sebagaimana
diubah dengan Undang-undang No 7 tahun 1987 dan terakhir diubah dengan
Undang-undang No 12 Tahun 1997 yang selanjutnya disebut Undang-undang Hak
Cipta.
1.
Sanksi pelanggaran Undang-undang Hak
cipta pasal 72
Peraturan Undang-undang Hak cipta
yang terbaru terdiri atas 15 bab dab 78 pasal. Berikut ini adalah kutipa
tentang ketenyuan pidana dalam hal pelanggaran hak cipta yang telah diatur dan
ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 19 tahun 2002.
·
Pasal 72
(2)
barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamekan, mengedarkan, atau
menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau
hak
terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana paling lama 5 (lima)
tahun
atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).
(3)
barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk
kepentingan
komersial atau suatu program computer dipidana dengan pidana
penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)
·
Pasal 2 ayat (2)
Menyatakan bahwa pencipta atau
pemegang hak cipta atas karya sinimatografi dan program koputer meiliki hak
untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya
menyewakan ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial.
2.
Masa berlakunya Hak cipta
Pasal 30 Undang-undang No 19 thn 2002 menyatakan bahwa masa berlakunya Hak cipta atas ciptaan program computer dan database adalh 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan. Seiring dengan hal tersebut, pasal 31 ayat (2) juga menyatakan bahwa Hak cipta atas Ciptaan yang dilaksanakan oleh penerbit berdasarkan pasal 11 ayat (2) berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali diterbitkan.
Pasal 30 Undang-undang No 19 thn 2002 menyatakan bahwa masa berlakunya Hak cipta atas ciptaan program computer dan database adalh 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan. Seiring dengan hal tersebut, pasal 31 ayat (2) juga menyatakan bahwa Hak cipta atas Ciptaan yang dilaksanakan oleh penerbit berdasarkan pasal 11 ayat (2) berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali diterbitkan.
UNDANG-UNDANG
HAKI
Bagian Pertama
Fungsi dan Sifat Hak Cipta
Fungsi dan Sifat Hak Cipta
·
Pasal 2
(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang¬undangan yang berlaku.
(2) Pencipta dan/atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan Program Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial.
(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang¬undangan yang berlaku.
(2) Pencipta dan/atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan Program Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial.
Bagian Keempat
Ciptaan yang Dilindungi
Ciptaan yang Dilindungi
·
Pasal 12
(1) Dalam Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
(1) Dalam Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
a. buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (layout) karya
tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis
dengan itu;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan
ilmu pengetahuan; d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan,
dan pantomim;
f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar,
seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
g. arsitektur;
h peta
i. seni batik;
j. photografi
k. sinematografi
l. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan
karya lain dari hasil pengaliwujudan.
Bagian Kelima
Pembatasan Hak Cipta
Pembatasan Hak Cipta
·
Pasal 14
Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta:
Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta:
a. Pengumuman dan/atau Perbanyakan lambang Negara dan lagu
kebangsaan menurut sifatnya yang asli;
b. Pengumuman dan/atau Perbanyakan segala sesuatu yang
diumumkan dan/atau diperbanyak oleh atau atas nama Pemerintah, kecuali apabila
Hak Cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang-undangan
maupun dengan pernyataan pada Ciptaan itu sendiri atau ketika Ciptaan itu diumumkan
dan/atau diperbanyak; atau
c. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian
dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lain,
dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.
·
Pasal 15
Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta:
Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta:
a. penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar
dari Pencipta;
b. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun
sebagian, guna keperluan pembelaan di dalam atau di luar Pengadilan;
c. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun
sebagian, guna keperluan:
(i) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan
ilmu pengetahuan; atau
(ii) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran
dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.
d. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika Perbanyakan
itu bersifat komersial;
e. Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara
terbatas dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh
perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat
dokumentasi yang nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya;
f. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan
pelaksanaan teknis atas karya arsitektur, seperti Ciptaan bangunan;
g. pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh
pemilik Program Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
·
Pasal 16
(1) Untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, serta kegiatan penelitian dan
(1) Untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, serta kegiatan penelitian dan
pengembangan,
terhadap Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra, Menteri setelah
mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta dapat:
a. mewajibkan Pemegang Hak Cipta untuk melaksanakan sendiri
penerjemahan dan/atau Perbanyakan Ciptaan tersebut di wilayah Negara Republik
Indonesia dalam waktu yang ditentukan;
b. mewajibkan Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan untuk
memberikan izin kepada pihak lain untuk menerjemahkan dan/atau memperbanyak
Ciptaan tersebut di wilayah Negara Republik Indonesia dalam waktu yang
ditentukan dalam hal Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan tidak melaksanakan
sendiri atau melaksanakan sendiri kewajiban sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. menunjuk pihak lain untuk melakukan penerjemahan dan/atau
Perbanyakan Ciptaan tersebut dalam hal Pemegang Hak Cipta tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam huruf b.
(2) Kewajiban untuk menerjemahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya Ciptaan di bidang ilmu pengetahuan dan sastra selama karya tersebut belum pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
(3) Kewajiban untuk memperbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah lewat jangka waktu:
(2) Kewajiban untuk menerjemahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya Ciptaan di bidang ilmu pengetahuan dan sastra selama karya tersebut belum pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
(3) Kewajiban untuk memperbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah lewat jangka waktu:
a. 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang
matematika dan ilmu pengetahuan alam dan buku itu belum pernah diperbanyak di
wilayah Negara Republik Indonesia
b. 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang ilmu
sosial dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik
Indonesia;
c. 7 (tujuh) tahun sejak diumumkannya buku di bidang seni
dan sastra dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik
Indonesia
(4)
Penerjemahan atau Perbanyakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
digunakan untuk pemakaian di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan tidak
untuk diekspor ke wilayah Negara lain.
(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c disertai pemberian imbalan yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
(6) Ketentuan tentang tata cara pengajuan Permohonan untuk menerjemahkan dan/atau memperbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
Bagian Kedelapan
Sarana Kontrol Teknologi
(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c disertai pemberian imbalan yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
(6) Ketentuan tentang tata cara pengajuan Permohonan untuk menerjemahkan dan/atau memperbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
Bagian Kedelapan
Sarana Kontrol Teknologi
·
Pasal 27
Kecuali
atas izin Pencipta, sarana kontrol teknologi sebagai pengaman hak Pencipta
tidak diperbolehkan dirusak, ditiadakan, atau dibuat tidak berfungsi.
·
Pasal 28
(1) Ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi, khususnya di bidang cakram optik (optical disc), wajib memenuhi semua peraturan perizinan dan persyaratan produksi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana produksi berteknologi tinggi yang memproduksi cakram optik sebagaimana diatur pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(1) Ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi, khususnya di bidang cakram optik (optical disc), wajib memenuhi semua peraturan perizinan dan persyaratan produksi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana produksi berteknologi tinggi yang memproduksi cakram optik sebagaimana diatur pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
SUMBER
TUGAS
TIK
ATURAN-ATURAN HAK
CIPTA
DAN UNDANG-UNDANG
HAKI
DISUSUN OLEH :
ANDI NURUL HIKMAH
HASANUDDIN
ANDI TRINITA JULINAR MAULID
AINI ASRINI ASBI
ROSMITA. S
MASWIRAWAN CAKRA BUANA
DAHRAN. N
ASRIYADI
TAHUN PELAJARAN
2012/2013
SMA NEGERI 1 BELAWA
Di paragraf pertama ada yg harus dibenarkan. Harusnya UU no. 19 tahun 2002, tapi diatas ditulis UU no. 19 tahun 2000.
BalasHapusTerima kasih